SRAGEN,–Masyarakat Desa Gilirejo Baru Kecamatan Miri Kabupaten Sragen mengeluhkan pelayanan Puskesmas Pembantu (Pustu). Penyebabnya tenaga kesehatan kerap kali menutup pintu sebelum jam istirahat dan kadang tak buka.
Keluhan disampaikan beberapa warga salah satunya (P) saat dirinya melintas ke Pustu tersebut, namun petugas pustu tidak buka .
“Petugasnya ada tapi kadang aktif buka kadang tidak, kalaupun buka jam tutupnya juga kadang nggak jelas ,” ucapnya.
Dikatakannya, pada saat itu sekira masih pukul 11.00 WIB, dan belum memasuki jam istirahat siang. “Itukan masih jam sebelas, setahu saya istirahat pegawai jam pukul 12.00 sampai pukul 13.00 WIB,” ucapnya.
Warga lainnya, (E) yang juga merupakan warga Desa Gilirejo Baru mengaku dirinya pernah mengalami sakit perut, namun saat diperiksakan ke Pustu, pihak Pustu katanya ada acara kegiatan diluar.

Sehingga dirinya pun berharap pada pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan masyarakat kecil, dan petugas Pustu yang ada agar lebih meningkatkan pelayanannya ke masyarakat.
“Saya mengeluh juga bukan untuk menjelekkan atau menjatuhkan petugas, tetapi ini bisa sebagai motivasi mereka agar lebih baik lagi ke depannya,” pesannya.
Sementara menurut peraturan Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen tentunya Pustu juga mempunyai jam kerja, sama seperti PNS lainnya.
Diakuinya selama ini, pihak warga lain juga mengatakan petugas yang berada di Pustu sudah cukup bagus. Bahkan Pustu juga dinilainya termasuk lengkap dan sudah menerapkan apa yang telah diinstruksikan cuma sayangnya kurang keaktifan dan keoptimalan saja.
“Namanya juga warga, tuntutannya kami setiap saat. Kadang pagi pergi ke ladang, sore harinya baru minta dilayanani. Kita juga tidak harus telan mentah-mentah. Semoga lebih dioptimalkan itu saja,” ujarnya, kemarin (18/10).
Ditambahkannya, jika pustu itu juga memiliki koordinator. Serta ada laporan terkait kinerja para petugas kesehatan. Karena sudah menugaskan ke UPT untuk mengawasi.
“Komitmen sepakat, kita sudah kasih tahu kalau ada UPT Pustu yang malas dan jarang ditempat, maka akan segera kita laporkan,” tegasnya.
Harapan kami ada beberapa upaya pusat yang dilakukan agar tenaga kesehatan tetap disiplin, di antaranya harus membuat laporan, keaktifan dan absen. Cara efisiennya, jika kedua hal itu tidak dilakukan, maka kalau perlu gaji PTT itu tidak perlu dicairkan.
Pantauan dilapangan, terkait kegiatan aktifitas Pustu yang ada di Desa Gilirejo Baru terkadang ditinggal untuk kegiatan-kegiatan yang lain.
Dari berbagai sumber menyampaikan terkadang aktifitas diluar dan kegiatan lain padahal bukan terkait kegiatan formal/bidang kesehatan.
Dalam hal itu pula pelayanan kesehatan jadi kurang optimal karena banyak aktif diluar. Diketahui yang terkadang kegiatan itu juga menginap diluar kota.
Dalam hal ini warga sangat mengeluh karena pihak Pustu tidak balance antara pelayanan masyarakat dengan acara luar yang bukan pada ranah pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
“Lha datang bisa dihitung mas, lha kalau lebih banyak kegiatan diluar lalu bagaimana makna dari pelayanan kesehatan di masyarakat. Harusnya bisa membagi antara kepentingan sendiri dengan pekerjaan atau pelayanan. Banyaknya kegiatan diluarnya tentu jadi banyak kendala dan tidak optimal, padahal bukan kegiatan tentang kesehatan dan kadang menginap,” tutur P salah satu warga.
Menurutnya, tentunya keprofesionalan kinerja fokus utama adalah pelayanan kesehatan bagi warga masyarakat sesuai ketentuan dan aturan yang berlaku. Bukan lebih banyak kegiatan luar apapun alasannya daripada mutu dari sosok PNS yang melayani dibidang kesehatan.
Ketidak optimalan tersebut tentu sangat banyak merugikan banyak pihak warga masyarakat dan menjadi banyak kendala.
“Tentunya setiap orang juga tak ingin sakit mas, tapi dari ratusan bahkan ribuan warga hanya Pustu ini satu-satunya. Kalau banyak sering tak aktif datang dan banyak kegiatan diluar, bagaimana nasib warga nanti. Padahal untuk ke Puskesmas Kecamatan jarak juga jauh, harusnya kendala seperti ini dimengerti,” tambahnya.
Sabtu 19 Oktober 2019
Penulis: Awy
Editor : Warsito (Wnp)